Dalam menjaga dan melestarikan cara pembuatan kue adat tamo di tengah perkambangan zaman  masyarakat  harus memahami kue adat tamo adalah warisan leluhur yang sangat di hargai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Sangihe secara turun temurun.

Sehubungan dengan perayaan Tulude didesa Tambun,SMK Negeri 2 Likupang Barat ikut berpartisipasi membuat kue Tamo. Pelaku adat sekaligus ketua Komite sekolah Ventje Semuel mengatakan kue adat tamo adalah simbol dari tingginya nilai adat yang tetap di pertahankan dan lestari sepanjang masa.

“Kue adat tamo merupakan lambang persatuan dan kesatuan bagi masyarakat Sangihe  yang memiliki jiwa ulet teguh dan utuh”ujar Semuel.

Tulude juga menjadi simbol kerukunan, persatuan, serta kebersamaan masyarakat. Selama upacara berlangsung, masyarakat akan berkumpul untuk makan bersama. Biasanya, masing-masing keluarga akan membawa makanan dan ditempatkan di atas meja panjang untuk dinikmati bersama-sama. Upacara ini telah dilakukan warga Sangihe, Talaud, dan Sitaro selama bertahun-tahun.

Dalam bahasa Sangihe, tulude berasal dari kata Suhude yang artinya tolak. Tulude dimaknai sebagai penolakan terhadap tahun yang lama atau menolak meratapi kehidupan di tahun sebelumnya dan kesiapan untuk menerima tahun baru.